rtp slot – Bahasa ialah sistem simbol bunyi yang dipakai dalam berbicara. Seorang bisa menyampaikan gagasan dan idenya, baik secara lisan ataupun tulisan dalam bahasa. Bahasa memiliki ragam variasi yang digunakan berbeda-beda tiap pengucapannya. Demikian juga dalam bahasa Indonesia. ragam bahasa Indonesia terbagi dalam ragam berdasarkankan media, ragam berdasarkankan pengucap, dan ragam berdasarkankan keadaan. Setiap berbicara kita harus memakai ragam bahasa yang tepat.
Berdasarkan keadaan, kata baku dalam keragaman berbahasa Indonesia terbagi dalam ragam sah dan ragam tidak sah/rileks. ragam sah dipakai pada komunitas/keadaan resmi, sedangkan ragam tidak sah dipakai pada keadaan rileks. ragam berdasarkan keadaan ini dipakai baik pada berbicara dengan lisan atau tulisan. Berbicara secara lisan berlainan secara berbicara lewat tulisan. Berbicara secara lisan kemungkinan salah paham rendah karena partner papar bisa segera menanyakan bila tidak memahami, sedangkan berbicara lewat tulisan, riskan memunculkan salah paham. Karena itu, saat berkomunikasi lewat media tulis seorang harus cermat pilih kata dan memakai ejaan yang akurat.
Karya tulis terbagi dalam karya tulis ilmiah dan tidak ilmiah. Ketidaksamaan karya tulis ilmiah dan tidak ilmiah berada pada pemakaian bahasa (pilihan kata). Karya Ilmiah memakai bahasa yang polos, menghidari multitafsir, dan berpedoman azas aturan ilmiah. Sodiq, dkk. (2014) mendefiniskan Karya Ilmiah sebagai suatu cerita yang memiliki kandungan ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah yang menyuguhkan bukti dan diatur dengan struktural menurut sistem penulisan dengan memakai bahasa ilmiah.
Baca Juga : 5 Langkah Membuat Makalah Yang Baik dan Benar
Bahasa ilmiah ialah salah satu tipe ragam bahasa Indonesia yang susunannya memakai ragam baku. Humaeroh (2017) mendeskripsikan ragam baku sebagai ragam yang dilembagakan dan dianggap oleh beberapa masyarakat penggunanya sebagai bahasa sah. Karena itu, penulisan Karya Ilmiah, baik berbentuk beberapa buku ilmiah, proposal, skripsi, atau karya tulis ilmiah yang lain wajib memakai ragam baku tulis sebagai standard penulisan.
Penggunaan Kata Baku Dalam Pembuatan Tugas Akhir Mahasiswa (Skripsi)
Skripsi ialah pekerjaan akhir mahasiswa untuk menuntaskan study di perguruan tinggi. Sebagai salah satu tipe Karya Ilmiah, karena itu skripsi harus dicatat memakai aturan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Sayang, banyak mahasiswa yang tidak memakai bahasa sama sesuai aturan ilmiah. Keadaan ini diperburuk pandangan mata sebelah beberapa orang jika pemakaian aturan bahasa Indonesia itu bukan poin utama. Sejumlah pelaku bahkan juga berkelit jika tidak jadi masalah bila hal itu tidak mengganti arti dan dimengerti oleh pembaca, contoh pemakaian kata sekadar, shalawat, dan nasihat. Ke-3 kata itu adalah kata menggunakan bahasa Arab yang sudah diresap ke bahasa Indonesia dengan peralihan fonem disamakan ejaan bahasa Indonesia.. Penulisan kata yang betul ialah sekedar, selawat, dan saran.
Seringkali saat seorang diberitahukan ada selentingan seragam ini, “Ah, kaku atau lebai, dech.” Hal itu pasti sayang karena sebuah Karya Ilmiah wajib dicatat memakai kata baku. Selain itu, hal itu berkaitan dengan sikap bahasa seorang. Sikap bahasa terkait dengan sikap seorang( suka atau tidak) seorang pengucap bahasa pada suatu bahasa. Pengabaian pada pemakaian bahasa baku dengan alasan wajar ini adalah ciri-ciri dari sikap negatif pada pemakaian bahasa Indonesia yang diperkirakan sebagai bentuk ketidakcintaan ke bahasa negara sendiri. https://www.smkn1-sukabumi.org/
Lantas apakah jangan memakai bahasa asing dalam penulisan skripsi menggunakan bahasa Indonesia? Bisa, sepanjang kata itu tidak memiliki persamaan kata dengan bahasa Indonesia. Penulisannya juga harus disamakan Dasar Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yaitu kata menggunakan bahasa asing dicatat huruf miring.
Selain kata ‘nasihat, sekedar, dan selawat’ kata yang tersering salah ditulis oleh mahasiswa pada penulisan Karya Ilmiah ialah kata teoretis. Mahasiswa menulis kata itu ‘teoritis’. Kata teoritis bahkan juga tercatat dalam buku Dasar Penulisan Karya Ilmiah dan sejumlah templat jurnal. Walau sebenarnya, kata teoritis adalah kata yang tidak baku. Kekeliruan itu disebabkan karena mereka menganggap kata teoritis asal dari kata awal ‘teori’ lantas mendapatkan sisipan asing -is, hingga menjadi teoritis. Kenyataannya bukan seragam itu. Kata ‘teoretis’ asal dari bahasa Belanda theoretisch. Kata theoretisch itu diresap dengan utuh dengan rekonsilasi ejaan, hingga menjadi teoretis.
Hal ini sama dengan kasus pemakaian kata kegiatan. Orang kerap menganggap jika kata kegiatan asal dari kata awal aktif, lantas mendapatkan akhiran -itas, hingga menjadi aktivitas. Kata kegiatan dalam kelas kata bahasa Indonesia, bukan kata turunan/kata berimbuhan. Kata kegiatan diresap dari kata bahasa Inggris ‘aktivity”. Dalam ketentuan peresapan kata asing diterangkan jika kata berimbuhan seperti akhiran -ity diresap dengan utuh dalam kata dasarnya, sama dengan kata reality diresap ke bahasa Indonesia menjadi realita. Demikian juga dengan efektivity diresap ke bahasa Indonesia menjadi efektifitas.
Tiap orang sudah pernah lakukan kesalahan, termasuk kesalahan menggunakan bahasa. Kekeliruan kita bukan lantaran kesalahan itu tapi saat kita terus lakukan kekeliruan yang sama dengan mengatasdirikan kelaziman dan tidak ingin belajar dari hal itu. Ingat, gunakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa wilayah, dan kuasai bahasa asing!